malamku, bukanlah malammu
malamku, tak sesemarak milikmu
tiap malam datang
kulewati dinginnya yang mencekam
menusuk hati dan perasaan
lebih ngilu dari sekadar goresan di badan
tidur hanya beralaskan sepotong kardus kesayangan
berselimutkan selembar kain usang
makan hanya sesuapan
itupun bila bisa kutemukan
diantara sampah sampah yang berserakan
sedangkan engkau, tuan
bergelimang kekayaan
bertahtakan mutiara dan tilam
apa pun yang kau dambakan
tak kan pernah luput dari genggaman
malamku hanya sebatas emperan
di pinggiran jalan maupun di kolong kolong jembatan
malammu berada di tengah keramaian
diantara vodka dan disco lantai dansa
malamku berteman dengan kesunyian
hiburanku bercanda dengan kaum pinggiran
juga anak anak jalanan
gulitanya kadang menyeramkan
sedang malammu berteman dengan kegemerlapan
hiburanmu mabuk mabukan
juga ugal ugalan di jalanan
gempitanya sering melenakan
begitupun malam minggu saat ini
tiada beda dari malam malam sebelum ini
entah kapan semua harus kujalani
kucoba bersabar dan kuatkan hati
namun tiada pernah kusesalkan
tiada pernah keluhan kusuarakan
tiada terlintas dariku ketidakadilan
sebab sepenuh hati kusadar tuan
semua hanyalah titipan
milikmu bukanlah kemutlakan
sengsaraku juga bukan kekekalan
aku hanya bisa terheran
mengapakah orang sepertimu tiada kesadaran
tiada melihat penderitaan yang kami rasakan
apakah kau tiada mengingat?
di manakah tempatmu di akhirat?
sejujurnya aku kasihan terhadapmu
juga orang orang sepertimu
karena syukurku bisa menentramkanku
sedangkan tamakmu malah menggelisahkanmu
rasa cukupku mendekatkanku pada Tuhanku
sedang serakahmu menjauhkanmu dari tujuan penciptaanmu
tuan, kalau boleh aku sarankan
kembalilah pada kebenaran
karena sungguh tuan
kalau pun aku terlahir kembali
aku lebih memilih malamku seperti ini
bukan malammu yang kau kagumi
malamku, sungguh tak seperti malammu
karena malamku adalah milikku
sedang malammu adalah kesiaan umurmu
( 19 Maret 2011 )
0 komentar:
Posting Komentar